Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2010

Dicubitin ikan di Kuta Square, Bali

Di hari pertama kita jalan-jalan di Kuta Square, terlihat keramaian dan kolam ikan dengan kaki di dalamnya. Ternyata pengunjung sedang mengamati pelanggan fish spa. Fish spa ini menggunakan sejenis ikan kecil2 hitam yang katanya memang hobi makan sel-sel kulit manusia yang sudah mati. Dan dengan sel-sel tersebut dimakan sama ikan makanya akan meninggalkan kulit yang halus mulus. Terus terang aku ngga gitu percaya dengan cerita ikan yang doyan kulit. Masak iya sih ? Tapi pertama kali tahu tentang ikan ini justru dari acara TV Travel Channel, kalo ngga salah di Singapura. Sejak itu Wawa bolak balik bilang pengen nyobain. Begitu liat ada di Kuta Square langsung semangat deh doi. Jadi setelah makan malam, kita langsung mampir. Si mbak yang jagain mempersilakan kita duduk di kursi panjang kemudian mengambil lap basah dan mengelap kaki kita yang berdebu. hihihi..Kalo ngga bisa kotor tuh kolam ikan. Pas lagi dilap baru kepikiran gimana kalo sakit ya ? Pas aku tanya ke mbaknya, si mbak cu

Jendela Bali - GWK Cultural Park, Bali

Di hari kedua tur kita di Bali, kita dibawa tur guide ke resto Jendela Bali. Perjalanan hari itu membawa kita ke Garuda Wisnu Kencana di Bukit Peninsula. Rencana pemerintah untuk membangun GWK barangkali tidak didukung finansial yang memadai. Cultural park yang maksudnya untuk membawa turis sepertinya tidak terlalu berhasil. Tur guide kami mengatakan tempat-tempat yang dimaksud untuk disewa telantar karena ongkos sewa yang tinggi. Dan turis sepertinya tidak terlalu tertarik karena GWK biarpun dimaksud sebagai bagian dari kebudayaan Bali tapi bukanlah peninggalah bersejarah seperti layaknya pura-pura lainnya yang dibangun di jaman dahulu kala. Tapi cukup mengenai GWK. Kami langsung dibawa ke resto di situ yaitu Jendela Bali. Mengikuti si mbak yang membawa kita melalui lorong melewati dapur di sebelah kanan dan pemandangan yang menakjubkan di sebelah kiri. Pemandangan jauh ke bawah ke arah pantai Jimbaran. Tapi belum sampai di situ, kita dibawa ke lantai atas. Ruangan terbuka dengan la

Restoran Madania - Denpasar, Bali

Dari luar restoran ini keliatan biasa-biasa aja. Papan bertuliskan seafood dan chinese food. Kita turun dari mobil mengikuti si tour guide. Melewati ruang makan yang agak gelap karena lampu belum dinyalakan. Di luar masih terang karena baru sekitar pukul 6 kurang sore hari. Di bagian belakang restoran bertebaran saung-saung yang siap ditempati. Wah..keliatan cozy banget. Saungnya dilengkapi meja pendek dengan bantal-bantal untuk tempat duduk. Tapi papaku keberatan katanya makannya ntar ngga enak. Tanteku bilang doi ngga bisa duduk kayak gitu, perutnya ngga muat. ha..ha..Yang bener aja. Yah sudah kita minta pindah ke meja biasa. Kebetulan salah satu saung menaungi meja biasa dengan dua kursi panjang dan dua kursi biasa. Tapi karena belum siap kita harus menunggu sebentar. Pelayannya dengan cekatan membersihkan meja dan membawa piring/gelas dan temannya. Untuk minuman pembuka, kita disajikan jus semangka. Manis, dingin dan menyegarkan untuk hari yang panas. Kemudian kita duduk sam

Kuta Beach Club - Kuta, Bali

Untuk perjalanan ke Bali kali ini, kita mencoba Kuta Beach Club. Agak susah memutuskan untuk memilih hotel karena buanyak sekali. Tapi setelah menengok Trip Advisor  daftar yang panjang itu berkurang menjadi Hard Rock Cafe, Kuta Beach Club dan Kuta Lagoon Resort. Dari paket yang ditawarkan terdapat pilihan Kuta Lagoon jadi klop deh. Setelah kita memilih Kuta Lagoon baru mereka menyatakan bahwa hotel tersebut penuh. Hmm...penuh di minggu kedua bulan Januari ?? Agak aneh, tapi ya sudah, kita pilih Kuta Beach Club aja karena dari segi lokasi keliatannya lebih oke. Terakhir kali kita ke Bali sudah sekitar 10 tahun yang lalu jadi sudah lupa letak hotel-hotel tertentu. Yang aku ingat tentunya Hard Rock karena lokasinya yang begitu strategis yaitu di mulut pantai Kuta. Tapi melihat peta Kuta Beach Club ini aku merasa mestinya ngga terlalu jauh dari pantai Kuta. Sewaktu kita diturunkan di hotel kita masih ngga ngeh di mana kita berada. Setelah selesai beberes dan keluar mencari makan baru ki

Belanja di Ho Chi Minh City

Bagi kami tempat belanja cinderamata paling oke adalah Ben Thanh Market. Menurut beberapa rekan online, Ben Thanh termasuk mahal. Karena kami tidak memiliki kesempatan lain dan tidak memiliki banyak waktu di Vietnam, Ben Thanh Market adalah tempat yang tepat. Mau beli apa pun ada di Ben Thanh. Mulai dari lacquer (yang katanya populer dijadikan cinderamata), gantungan kunci, syal, baju2, pajangan, dll. Di satu sisi tersedia juga cinderamata seperti kopi, susis, abon, dll. Tapi yang pasti harus pintar-pintar menawar. Tempat lainnya yang enak untuk belanja baju-baju adalah Saigon Square II. Aku malah ngga tau ada 2 Saigon Square sampai si supir taksi hampir membawa kita ke Saigon Square yang satu lagi. Padahal kita udah tanya sama orang di hotel dan mereka dengan senang hati memberikan peta yang udah ditandai lokasi Saigon Square. Resepsionis Hotel Hong Vy 3 memang da best !! Syal warna-warni. Pengen ngeborong semua warna yang ada. ha..ha.. <--Tempelan kulkas

Makan di Ben Thanh Market

Ben Thanh Market seperti juga namanya adalah sebuah pasar. Pasar ini terkenal sebagai salah satu objek wisata di Ho Chi Minh. Pasarnya lumayan besar dan di salah satu sisinya adalah pasar becek. Untuk kali ini aku cuma mau membicarakan makanan yang ada. Seperti juga yang pernah ke ITC Mangga Dua. Model pasar ini hampir seperti itu tapi ngga sebesar ITC MangDu. Yang sama adalah, satu bagian menjual pakaian, bagian lainnya menjual cinderamata. Setelah capek ngider2 tinggal mampir ke bagian yang menjual makanan/minuman. Gampang kok ngga bakal kesasar. Selama jalan-jalan di situ sepertinya kita bolak-balik sampai ke tempat makanan/minuman ini. Jangan juga kuatir ngga tau apa yang mau dipesan. Lihat tetangga kiri/kanan dan kalo keliatan cucok, tinggal tunjuk. Biasanya berhasil. ha..ha.. Kalo ngga berhasil, minta menu. Ngga usah diminta malah. Biasanya ibu-ibu penjual dengan sigapnya menghalau kita untuk berkunjung ke kedai mereka. Dan begitu kita duduk mereka lalu menyodorkan men

Makan di HCMC : restoran di sebelah hotel Hong Vy 3

Secara kita capek dan ngga pengen jalan jauh-jauh dari hotel, langsung aja kita masuk ke restoran di sebelah hotel. Terlebih di antara sekian banyak hal yang dipromosikan, kita mengenai satu kata 'Pho Bo' (alias kwetiau kuah ala Vietnam). Tapi begitu masuk ternyata mereka punya buku menu komplit dengan gambar. Wah memandang rendah ternyata mereka siap menerima turis asing. Lihat menunya bolak-balik sambil dipandangi si mbak penjaga lama-lama jadi ngga enak juga. Padahal sih kita bingung juga mo pesan apa. Akhirnya Wawa pesan kwetiau kuah dengan udang. Aku karena lagi batuk pengen pesan yang amanaja. Jadinya pesan kuah sayur dengan kepiting. ha..ha..Padahal terus terang bukan karena aman tapi lebih karena penasaran seperti apa sih. Terus kita juga pesan Bo La Lot yang adalah daging sapi cincang dibungkus daun sirih (betel leaf). Pertama pesan kuah sayur dengan kepiting sama si mbaknya dibilang ngga ada. Langsung siap pesan lainnya tapi kemudian seorang wanita lainnya kelu

Hong Vy 3 - Ho Chi Minh City, Vietnam

Untuk liburan kali ini, hotel Hong Vy ini menjadi favorit kami berdua. Hari itu sampai di hotel, baru pukul 9 pagi. Breakfast di hotel masih berlangsung. Aku tanya ke gadis manis di belakang meja resepsionis apa boleh cek in sekarang. Waktu cek-in biasanya jam 12, untuk hotel-hotel tertentu malah bisa jam 2 siang. Tadinya gadis tersebut menyatakan mesti tunggu dulu. Terus aku bilang ya sudah kita pergi dulu, nanti baru balik lagi. Terus terang aku  ngga tau mau ke mana juga. ha..ha..Tapi doi langsung menyatakan tunggu dulu, trus dia angkat telpon. Ngga jelas siapa yang dia telpon tapi dia bilang tunggu 15 menit. Karena ngga punya pilihan, kita tunggu aja. Begitu sampai di kamar di lantai 1 tersebut, kita langsung memutuskan hotel ini yang terbaik. Ya namanya juga baru lepas dari Fernloft , jadi ngga susah memutuskan bahwa Hong Vy akan lebih baik dari Fernloft. Duh..jahatnya. Kelihatan bahwa hotel masih lumayan baru. Tegelnya bersih, kamar mandi lumayan walaupun pintu kamar showe

Catatan dari Ho Chi Minh : Antara Airport dan Hotel

Sehari sebelum keberangkatan kita dari Singapura ke Ho Chi Minh City (Vietnam), aku dapat akal, gimana kalo nanti di airport kita deketin aja orang Vietnam. Nah nantinya kita ajak ngobrol dan buntut2nya kita bisa minta tolong panggilin taksi ke hotel. Kesempatan itu ngga pernah ada karena gatenya kaga ada kursi sehingga ngga bisa nunggu di situ. Yang ada pas aku lagi sibuk moto-moto airport, ada ibu-ibu tua yang ngajak ngobrol pake bahasa Vietnam. Nah lho. Setelah aku bilang ngga ngerti bahasa Vietnam, doi ngomong Vietnam. Nah yang itu aku tangkap, jadi aku tunjukkan gate sambil bilang nomornya. Dan aku lihat ibu tua itu jalan ke gate yang aku tunjuk. Ya ampun, jauh-jauh dari San Jose masih dikira orang Vietnam juga. Di San Jose sih sudah sering aku dikira orang Vietnam, ngga disangka di Singapura sami mawon. Ya sudah karena ngga dapat 'kenalan' orang Vietnam, kita pake plan B. Cari taksi dari bandara setelah keluar dari imigrasi. Tapi sebelum itu tukar duit dulu ke Dong (mat

Pengalaman terbang lewat Changi Budget Terminal

Untuk perjalanan ke Ho Chi Minh City kali ini aku dan Wawa akan menggunakan Tiger Air yang merupakan salah satu budget airlines yang berbasis di Singapura. Tadinya agak ragu-ragu juga akan masalah keamanan dan ketepatan waktu. Karena apa gunanya hemat biaya tapi terkena delay berjam-jam dan harus manyun di airport. Tapi setelah google kiri kanan sepertinya boleh juga tuh, jadi kita putuskan untuk membeli tiketnya. Setelah itu pun aku bolak balik baca 'aturan mainnya'. Read the fine print. Itu selalu yang menjadi masalah di kemudian hari bila terjadi sesuatu. Kebiasaan kita sebagai manusia adalah males membaca apalagi yang tulisannya kecil-kecil. hihihi. Gimana kalo ketinggalan pesawat, gimana cara cek-in, gimana kalo ada perubahan jadwal, bagaimana mencari tau bila ada perubahan jadwal. Memang kedengarannya paranoid ya. Soalnya kemarin itu aku sempat baca cerita horor seorang wanita dari Indonesia yang mengajak keluarganya jalan-jalan. Karena mau murah, mereka terbang ke Si

Sebuah hostel di Singapura : Fernloft East Coast

Agak bingung juga kali ini mengunjungi kota Singa. Tiga tahun yang lalu, secara tidak sengaja kami menemukan New Seven Storey Hotel. Lokasi yg strategis di daerah Bugis, harga yang terjangkau dan tempat yang bersih membuat kami benar2 jatuh cinta. Sayangnya love story itu ngga berlangsung lama. Tahun lalu kami mendengar kabar bahwa hotel tersebut akan ditutup karena akan dipakai untuk proyek tertentu. Remuk hati ini rasanya. Kali ini kami terpaksa harus mencari cinta baru. Google kiri kanan akhirnya diputuskan untuk mencoba Fernloft Hostel. Karena sewaktu kami membicarakannya dengan seorang teman dari Singapura, teman tersebut ternyata kenal dengan si empunya. Kebetulan sekali. Kami pun langsung merasa lebih yakin dan langsung membooking private room. Fernloft ini sebenarnya hostel. Lokasinya di East Coast Road memiliki 2 buah private room yang masing2 bisa ditempati 2 orang. Juga dorm (asrama) yang satu bisa ditempati 6 dan yang satu lagi bisa ditempati 8. Private roomnya ongkosny

Dari San Francisco menuju Singapura via Incheon

Judulnya kayak rute bis aja yah ? Tapi ini adalah rute pesawat yang akan kita lewati kali ini. Ngga biasanya sih kita pake jalur ini, jadi agak harap2 cemas sedikit. hihihi..Harap2 karena lewat Korea, kita akan dikasih makanan Korea, cemas kalo dikasih kimchi, bisa2 seisi pesawat harus dievakuasi karena ancaman gas dari 'bom manusia'. ha..ha.. Pesawat yang dipakai SQ untuk jalur ini adalah Boeing 777-300. Pengaturan kursinya berbeda dengan 3 tahun yang lalu waktu kami menggunakan SQ untuk jalur yang sama. Dulunya kursi diatur 3-3 untuk kiri dan kanan pesawat dan 4 kursi untuk yang di tengah. Kali ini bagian yang tengah cuma 3 kursi. Aislenya juga lebih  kecil jadi kursinya lebih besar dari yang dulu. Lebih nyaman deh. Demikian pula leg room juga lebih berasa. Walaupun untuk orang yang mungil mungkin ngga gitu mikirin leg room tapi utk orang yang tinggi dan besar..wah..nolong banyak tuh. Untuk jalur San Francisco-Singapura, nomor kursi terakhir adalah 56 sedangkan untuk jalur