Sekilas Saigon - Ho Chi Minh, Vietnam


Pesawat kami VietJet mendarat di Bandara Tan Son Nhat di Ho Chi Minh. Waktu menunjukkan pukul 16:40. Perjalanan dari Jakarta sekitar 3 jam. Begitu memasuki area imigrasi aku melihat lautan manusia. Daerah ini agak terlalu padat dan kurang begitu jelas dengan papan petunjuk. Kami sempat bingung mau antri di sebelah kanan atau di sebelah kiri. Untunglah kami berada di jalur yang benar. Karena antrian kami memakan hampir 1 jam. Kebayang ngga kalo kami berada di tempat yang salah. Sudah itu ngga ada satu pun petugas yang membantu mengarahkan penumpang. Atau menjawab pertanyaan semisal ada yang bingung.

Belum pernah kami berada di daerah imigrasi serame ini. Terakhir mungkin di Tokyo Haneda tahun 2023. Itu jaman setelah pandemi ya. Terakhir aku dan Wawa di Vietnam adalah tahun 2012 di Hanoi. Jadi mungkin agak susah dibandingkan ya. Sudah terlalu lama untuk dijadikan perbandingan. Katanya Vietnam memang lagi booming ya. Jadi menurut berita yang aku baca, untuk dua bulan pertama di tahun 2025 jumlah turis yang mengunjungi Vietnam sejumlah 4 juta. Jumlah tersebut sudah meningkat 30% dibandingkan tahun sebelumnya. Aku lihat wajah sang petugas imigrasi melihat panjangnya antrian. Doi sempat meregangkan badan sebelum melanjutkan pekerjaannya.



Setelah akhirnya lewat imigrasi, aku dan Wawa menuju daerah bagasi. Tas kami kedua-duanya sudah menunggu. Rupa-rupanya memang masih banyak yang nyangkut di imigrasi sehingga banyak koper yang belum diambil juga.

Kemudian kami pun keluar ke daerah penjemputan. Ngga ada yang menjemput sih tapi aku mencari tempat penukaran uang dan juga pembelian SIM card. Jadi sebelum meninggalkan Jakarta, aku membaca beberapa artikel dan forum yang menyarankan untuk berhati-hati membeli SIM card di Vietnam. Ada kasus penjual yang menjual SIM card bekas sehingga beberapa hari kemudian atau beberapa jam kemudian SIM card tersebut berhenti berfungsi. Wuih..serem sekali.

Jadi mereka menyarankan untuk membeli SIM card di kedai resmi Viettel atau pun Mobifone. Kedua merek tersebut yang direkomendasikan. Jadi begitu mendapatkan bank untuk menukarkan uang, aku celingukan mencari kedai yang menjual SIM card. Yang lucunya mbak tempat aku menukarkan uang pun menawarkan SIM card padahal mereka adalah bank ! 😁

Wawa yang aku kirimkan untuk mencari kedai SIM malah mampir di kedai sebelah uang menawarkan SIM seharga 380rb VND (IDR 242rb). Tapi mereka bukanlah kedai resmi Viettel jadi aku bawa Wawa ke kedai sebelahnya lagi. Di situ mereka pun menjual SIM card dengan harga yang sama untuk masa berlaku 1 bulan tanpa ada limit harian. Menurut petugas yang aku tanya, katanya bisa untuk sharing hot spot juga.

Berbekal duit dan SIM card kami pun akhirnya mencari Grab. Untuk penjemputan jangan lupa melihat petunjuk untuk menunggu di daerah yang tepat. Tempatnya ternyata panjang lho jadi enak banget untuk menunggu. Sepertinya tempat ini merupakan tempat menunggu Grab yang terbaik dibandingkan misalnya Singapura atau pun Kuala Lumpur dan Bangkok.

Keluar dari daerah airport aku melihat gedung bertingkat dan banyak lampu-lampu reklame. Memang aku sudah lupa bagaimana tampak Ho Chi Minh 10 tahun yang lalu tapi sepertinya ngga seperti ini. 

Setelah bermacet ria akhirnya kami tiba di hotel. Hotel Triple E Metro Ben Thanh ini kelihatan bagus dan baru. Resepsionisnya ramah dan bahasa Inggrisnya bagus. Cek in cepat dan kamarnya pun bagus. Nanti aku kasih link terpisah kalau reviewnya sudah jadi. Tapi resepsionis di sini ngga terima penukaran mata uang asing. Beda dengan Ho Chi Minh yang dulu yang sepertinya di mana-mana mereka ngga keberatan menerima mata uang asing (USD). Bagiku itu merupakan tanda kemajuan ekonomi.

Menurut Wawa dia tidak mendengar terlalu banyak suara klakson. Berbeda dengan 10 tahun lalu. Mungkin karena daerah hotel kami sedikit berbeda dengan lalu lintas yang ngga terlalu ramai ? Atau mungkin kebudayaan klakson sudah mulai ditinggalkan ? 😉

Comments

Popular posts from this blog

Hay Day : seputar Derby

Which Star Are You From ?

Wish To See You Again - Taiwan Drama