POJOK SUNYI

Drama yang ini berkisar tentang tugas para jaksa penuntut di Seoul. Kalo udah pernah nonton I Hear Your Voice (Lee Jong Suk dan Lee Bo Young) pasti tau kalo jaksa penuntut di Seoul tuh kerjaannya hampir sama dengan polisi, langsung turun ke jalan gitu lho. Nah cerita dimulai dengan hari pertama kerja bagi Han Yeol Mu sebagai jaksa penuntut junior. Begitu masuk kantor ternyata atasannya adalah Gu Dong Chi dan terlihat jelas di antara mereka berdua sempat kenal di masa silam. Masalahnya adalah bagaimana mereka bisa kenal satu sama lain dan apa hubungan mereka berdua ? Episode episode berikutnya perlahan-lahan mulai diceritakan sedikit demi sedikit bagaimana mereka berdua bertemu dan kenapa Han keliatan benci atau rindu dengan Gu ? Soalnya katanya antara benci dan rindu cuma dibatasi garis yang tipis.

Drama ini merupakan versi Korea dari drama Jepang Nodame Cantabile yang kalo ngga salah keluar sekitar tahun 2006. Cerita komiknya sendiri dicetak di majalah Kiss di Jepang antara tahun 2001 - 2009. Ceritanya mengenai seorang seorang mahasiswa sekolah musik Cha Yoo Jin yang bercita-cita menjadi konduktor. Dia bertemu seorang gadis Seol Nae Il yang juga merupakan siswa di universitas yang sama yang mengambil jurusan piano. Baik Cha maupun Seol merupakan individual yang unik dengan kepribadian yang berbeda. Cha menyukai tempat yang bersih dan teratur sehingga doi ngga sabar berurusan dengan Seol yang lebih berantakan. Tapi begitu keduanya berpadu dalam musik mereka menciptakan duet yang indah.

Es lemon tea, es jeruk nipis dan es dawet  Pas lagi gugel tempat dan restoran yang wajib dikunjungi, nama House of Raminten muncul. Katanya menunya unik dengan nama yang rada-rada nyerempet. Jadi tempat pertama yang aku dan Wawa kunjungi setelah kita mendarat di Yogya adalah House of Raminten. Kebetulan memang sudah waktunya makan siang. Pas sampai di situ, ngga begitu rame, mungkin lagi low season kali ya ? Soalnya katanya kalo malam rame. Mungkin karena tempatnya yang rada terbuka dan ngga ada AC jadi kalo siang ngga rame ? Entahlah, yang pasti siang itu memang ngga terlalu rame. Kita duduk di lantai dasar agak ke dalam di bagian yang cuma muat 2 meja yang memang untuk rombongan mungil. Meja sebelah ditempati seorang gadis dan teman laki-lakinya.

Sambil nungguin The Three Musketeers yang sekarang muncul cuma hari Minggu sekali. Jadinya aku iseng mulai nonton drama lainnya. Kesandung drama baru yang judulnya Misaeng. Karena cuma iseng jadi ngga terlalu peduli jalan cerita atau pun aktor/aktrisnya. Tapi begitu mulai nonton langsung pengen sambung terus. Secara garis besar drama Misaeng menceritakan kisah para karyawan karyawati perusahaan di Korea Selatan. Mulai dari susahnya mendapatkan pekerjaan sampai persaingan di antara para karyawan. Ceritanya Jang Geu Rae seorang pemuda berusia 26 tahun yang belum pernah bekerja penuh waktu dan tidak memiliki banyak keahlian. Hal ini dikarenakan doi hobby bermain GO dan menghabiskan banyak waktu mendalami permainan tersebut. Sehingga doi cuma bekerja paruh waktu supaya memiliki banyak waktu mengikuti permainan GO.

Episode pertama dari drama ini disiarkan di bulan Agustus. Tapi berhubung cuma diputar seminggu sekali jadi biarpun cuma 12 episode tetap lama baru habis. Jadinya biarpun aku termasuk lambat ikutan nonton tapi timingnya termasuk pas. Karena lebih enak nonton sesudah banyak episode yang keluar daripada manyun nungguin setiap minggu. Drama ini berdasarkan cerita The Three Musketeers yang terkenal dengan motto All For One and One For All. Kayaknya udah banyak adaptasi yang dibikin cerita layar lebar deh. Tapi yang ini juga mengambil latar belakang dinasti Joseon dengan salah satu musketeernya adalah tokoh beneran menurut sejarah Joseon. Tokoh tersebut adalah putera mahkota So Hyeon. Kedua musketeer lainnya adalah sang pengawal putera mahkota Anh Min Seo dan Heo Seung Po. Karakter yang ke empat adalah Park Dal Hyang seorang pemuda lugu dari desa terpencil yang bercita-cita menjadi perwira militer karena jatuh cinta dengan seorang gadis dari Hanyang (ibu kota Joseon jaman itu).

Tadinya ngga kepikiran untuk tinggal di dekat Borobudur karena aku pikir dari Yogya kita akan ikut tur ke Borobudur. Tapi setelah dilihat-lihat pilihan tur ternyata kebanyakan tur menawarkan tujuan yang aku dan Wawa ngga gitu tertarik. Wawa terutama pengen berkunjung ke Borobudur dan Prambanan tok. Tinggal di Manohara memberikan kebebasan untuk keluar masuk Borobudur kapan aja. Dan dari riset kiri kanan waktu yang paling tepat untuk mengunjungi Borobudur dan Prambanan adalah pagi atau sore. Jadi pagi sewaktu mereka baru saja buka atau sore sebelum jam tutup. Karena pertimbangan waktu aku putuskan ngga mungkin mengunjungi Prambanan dan Borobudur pada hari yang sama. Terlalu kepepet waktu karena kita sampai di Yogya sudah saat makan siang.

Kolam renang terbuka di bagian atas hotel. Pemandangannya jauh dan anginnya sepoi-sepoi Lokasi hotel ini strategis di jalan Dagen yang cuma selemparan batu dari Jalan Malioboro. Dan sepanjang jalan Dagen itu banyak sekali hotel dan juga losmen. Dan begitu keluar dari hotel banyak sekali abang becak yang menawarkan jasa becak mereka. Lobby hotel sungguh megah dan besar dengan area terbuka untuk para pengguna yang merokok. Kami mendapatkan kamar di lantai tiga dengan jendela yang menghadap jalan Dagen. Kamarnya ukurannya standar aja. Kalo lobbynya keliatan megah sayangnya kamar mandinya ngga setara tuh. Terutama bagian showernya yang keliatan kotor dan kurang dibersihkan. Yang enak adalah air shower yang turun dari langit-langit. Wah segar sekali.