Skip to main content

Berkunjung ke kuil Thai - Wat Buddhanusorn

Beberapa hari yang lalu, aku dapatkan informasi bahwa di Fremont terdapat kuil Thai yang setiap hari Minggunya juga merupakan ajang menjual makanan Thai. Oh..kebayang lezatnya bihun kuah dan juga penganan kecil lainnya. Langsung aku ajak Wawa yang juga semangat untuk mencicipi. Ngga sabar rasanya menunggu datangnya hari Minggu. Selain ingin cepat mencicipi juga kuatir kalo tempat itu nantinya akan ditutup seperti kuil Thai yang kami kunjungi di Los Angeles sebulan yang lalu. Sebel deh rasanya, sudah pergi jauh-jauh, kesasar pula. Begitu sampai di situ yang ada cuma kuilnya, karena mereka sudah tidak diijinkan menjual makanan di situ lagi.

Sampai di kuil sekitar pukul 11. Lapangan parkir utama sudah dipenuhi mobil. Wawa yang tadinya kuatir ngga ada orang yang datang rada kaget juga melihat banyaknya orang yang berkumpul di lapangan di depan kuil. Kita berputar balik dan menuju lapangan parkir di samping kuil. Untunglah masih ada beberapa tempat lowong. Dari lapangan parkir kita mengikuti jalan setapak melalui pintu samping menuju ke halaman kuil. Di sebelah kiri pintu langsung terlihat barisan kios seperti layaknya food court. Kemudian ada plang bertulisan 'Tempat penukaran token'.

Yang langsung menyita pandangan kami berdua adalah barisan meja sepanjang jalan setapak di samping kuil. Di belakang meja terlihat barisan ibu-ibu yang keliatannya seperti menunggu sesuatu. Kami datang dari pintu samping sehingga ibu-ibu tersebut membelakangi kita. Tadinya kita pikir barisan tersebut adalah untuk membeli token. Tapi kemudian kita sadari bahwa mereka masing-masing membawa mangkok yang berisi nasi, ada yang bahkan membawa rice cooker. Karena keliatannya food court ngga terlalu ramai, kita pun mengambil tempat untuk melihat apa sih yang mereka tunggu.

Ngga lama menunggu terlihat barisan bikhu berpakaian kuning gelap keluar dari kuil dan menuju ke barisan ibu-ibu tersebut. Masing-masing bikhu membawa mangkok kuningan besar dan setiap ibu2 menyendok nasi dan memasukkannya ke mangkok si bikhu.
Selesai dengan barisan ibu-ibu, bikhu masuk ke kuil dan keluar dari bagian samping kuil menuju ke sebuah tenda di lapangan kuil. Di situ mereka menumpahkan sebagian nasi ke sebuah kotak besar baru kemudian mengambil lauk yang disiapkan para sukarelawan. Terlihat beberapa umat yang berlutut menghadap para bikhu.
Dari situ, aku dan wawa beranjak menuju food court setelah sebelumnya menukarkan uang dengan token. Tidak terlalu banyak jenis makanan yang dijual hari itu. Sehingga dalam hitungan menit, aku sudah bisa memutuskan apa yang aku mau. Terlihat beberapa orang antri di depan penjual bihun bakso. Wuih..di hari yang lumayan sejuk, makan bakso pasti enak. Aku juga ikutan antri. Sambil antri aku lihat di samping ada kwetiau goreng yang baru saja dituang ke mangkuk besar siap dijual. Aku bilang sama Wawa untuk mencoba yang itu, kelihatan enak. Lalu Wawa yang tadinya antri barengan lalu pindah ke toko sebelah untuk membeli kwetiau goreng. Kita kemudian ketemu di meja yang lebih mirip kursi piknik (karena kursi dan meja digabung jadi satu). Ada beberapa orang yang sudah duduk di meja, tapi mereka ngga berkeberatan kita bergabung. Keliatannya mereka orang Thai dan mereka pun sedang makan bakso. hihihi..

Kwetiau goreng Wawa lumayan tuh tp kurang lama digoreng sehingga masih kurang lembek. Wawa suka yang lebih lembek, sehingga aku tawarkan untuk mengambil baksoku, tapi dia doyan kwetiau goreng sih. Bihun baksonya enak, tapi kurang mengenyangkan, tapi ngga apa-apa karena masih ada yang lain yang bisa dicoba. Pasangan di depan kita membeli salad papaya muda. Wuih..kelihatannya enak dan pedas.
Kita juga mencoba Thai ice tea dan ketan yang dilumuri custard. Enak dan gurih. Sebelum pulang aku membeli salad papaya muda untuk dibawa pulang. Salad dibikin sesuai pesanan, dan kita ditanyakan pengen seberapa pedas. Wawa berdiri di kejauhan melihat orang-orang yang berseliweran. Tenda yang tadinya disinggahi para bikhu sekarang dipenuhi orang yang mengambil makanan. Kita ingin mencoba tapi ngga enak kalo ketauan. Lagipula kita ngga ngerti tata cara siapa saja yang boleh mengambil makanan di tenda tersebut. Tapi terus terang aku rada nyesel ngga sekedar melihat makanan apa sih yang disuguhkan di situ. ha..ha..

Comments

Popular posts from this blog

Hay Day : seputar Derby

Neighborhood house yang sudah diperbaiki Apa sih Hay Day ? Hay Day adalah games dari Supercell mengenai kehidupan pertanian, mulai dari menanam gandum, jagung sampai membuat keju, sushi, dll. Seru lho. Salah satu bagian dari Hay Day adalah partisipasi dalam Derby. Aku udah lumayan lama main Hay Day tapi belum pernah tau mengenai Derby jadi kali ini antusias banget. hihihi..Maklum masih newbie alias anak baru. Untuk ikutan Derby, pertama harus memperbaiki neighborhood house. Ongkosnya 10000 coin dan memakan waktu 24 jam. Habis itu bisa membentuk neighborhood sendiri dan mengajak teman atau keluarga untuk ikutan. Atau bisa join neighborhood lainnya. Coba liat link ini untuk membentuk neighborhood atau join neighborhood.

Which Star Are You From ?

Drama ini menceritakan Choi Seung Hee seorang sutradara yang baru saja kembali ke Korea setelah 3 tahun berusaha melupakan tunangannya yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Dalam rangka mencari lokasi untuk film terbarunya, Seung Hee melanglang ke desa terpencil dan tidak sengaja bertemu Kim Bok Shil. Bok Shil begitu menyita perhatian Seung Hee karena doi mirip sekali dengan mendiang tunangannya yaitu Hye Soo. Singkat cerita Seung Hee dan kru akhirnya memulai syuting di desanya Bok Shil. Bok Shil pun bertemu dengan eksekutif Han Jeung Hoon yang adalah pemilik perusahaan yang membiayai pembuatan film tersebut. Jeung Hoon pun dulunya menyukai mendiang Hye Soo. Melalui JH ini Bok Shil akhirnya mendapatkan pekerjaan di perusahaannya dan pindah ke Seoul. Karena pekerjaan barunya ini, Bok Shil menjadi lebih dekat dengan Seung Hee dan akhirnya mereka menjadi saling menyukai. Tidak disangka, Bok Shil ternyata adalah adik Hye Soo yang selama ini disangka meninggal dalam kebakaran restor

Perlu Ngga Beli Kartu SIM di Penang ?

Jawabannya tergantung keperluan teman-teman sekalian. ha..ha.. Sewaktu aku lagi bikin planning untuk jalan-jalan ke Penang, salah satu blog yang aku baca bilang jangan lupa beli kartu Digi setelah sampai di situ. Digi adalah salah satu provider GSM untuk Malaysia. Katanya sih Digi cakupannya lumayan bagus dengan harga terjangkau. Nah pas jalan kemarin itu aku masih belum bisa memastikan mau beli SIM card atau ngga. Tapi terus terang pas di Jakarta aku dibeliin SIM card XL Axiata yang lumayan banget pas buat jalan-jalan ke Bandung. Dipake untuk google maps lancar, padahal sampai ke Tangkuban Perahu segala. Ngga di kawahnya sih ya, tapi pas turun dikit gitu langsung dapat signal lagi.