Makan, Jalan dan Shopping - hari 4

Makan siang ala buffet
Tadinya Rie bilang kita diajak makan bareng bersama keluarga besar mereka di sebuah seafood buffet. Ngga sering-sering makan seafood model makan sepuasnya jadinya biar hati rada kebat-kebit karena kuatir kena serangan alergi teteup aja pengen ikutan.


Jadi kita ngga makan pagi karena mau menyiapkan perut untuk seafood buffet tersebut. Hihihi..Maklum ngga pengen rugi. Ternyata pas kita dijemput Rie membawa kabar bahwa seafood buffet tersebut masih tutup karena perayaan tahun baruan Thai. Yah..nasib deh. Jadinya kita pun meluncur ke mal. Kali ini karena lebih banyak waktu jadinya kita bisa menjelajah resto-resto lainnya. Setelah melihat pilihan yang ada, kita pun masuk ke resto shabu-shabu…
Foto berbagai macam bahan untuk shabu-shabu di atas ban berjalan

Di bagian depan terdapat pilihan makanan masak seperti sushi roll, sedikit dimsum dan kue-kue. Terus setelah dipersilakan duduk kita pun menuju stasiun untuk mengambil saus-saus. Terdapat cacahan bawang putih, saus cabe, jeruk nipis peras dan kecap asin. Kemudian kita pun kembali ke meja dan siap untuk mengisi perut.

Shabu-shabu di sini rada unik yaitu sayur, daging, bakso, dll datang ke meja melewati conveyor belt kayak di airport gitu lho atau ada beberapa resto sushi yang namanya sushi boat. Jadi lihat daging atau sayur yang suka tinggal ambil. Cuma pastikan ngga ada sisa kan sayang.

Setelah makan sekitar 1 jam karena memang dibatasin Cuma bisa 1.5 jam kita pun akhirnya menyerah dan keluar. Kemudian untuk membantu pencernaan, kita pun menelusuri mal dari atas ke bawah. Di bagian paling atas mal terdapat banyak bank yang buka dan bisa menerima penukaran uang asing. Oh ya, untuk Thailand, menukarkan mata uang Amrik ke Thai baht lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan mesin ATM. Karena mesin ATM di Thailand mengenakan biaya 200 baht (sekitar 75000rup) untuk setiap penarikan. Wuih mahal bo.

White Temple
Kita ngga masuk ke White Temple karena hari sangat panas. Hihi..orang Indo kok takut panas. Tapi aku udah liat foto-fotonya di banyak blog yang aku kunjungi. Jadi lain kali deh kalo lagi ngga panas.

White Temple ini bukan kuil beneran melainkan proyek yang dilakonin oleh seorang artis yang menggunakan dana pribadi sebagai media untuk kreasinya. White Temple ini agak nyentrik isinya sesuai jiwa sang seniman ya. Jadi bagian luarnya menggambarkan neraka jadi agak-agak serem tapi bagian dalamnya lebih kontemporer.

Choei Fong Tea Plantation
Kita sampai di situ agak sorean jadi biarpun matahari ngga gitu terik tapi tetep aja panas bo. Sesuai namanya tempat ini merupakan perkebunan the Choei Fong. Dari jalanan besar masih harus masuk sekitar 10 menitan. Baru deh keliatan tulisan plang yang gede. Dari situ bisa naik ke atas di mana terdapat bangunan yang digunakan sebagai toko cinderamata dan juga kedai teh. Di situ kita bisa memesan berbagai minuman dari teh dan juga makanan kecil terbuat dari teh.
Minuman dan kue yang kita pesan di Choui Fong

Sambil minum-minum kita bisa ambil foto juga dengan latar belakang kebun tuh. Atau setelah habis minum bisa turun ke kebun tuh jadi serasa gadis perkebunan. Ha..ha..
Pemandangan ke gedung utama perkebunan teh Choui Fong

Kita menghabiskan waktu sekitar 30 menitan kali untuk minum, foto dan istirahat. Kedai the yang kita kunjungi ngga berAC. Tapi lokasinya lebih tinggi dan merupakan kedai the yang lama. Setelah selesai kita turun ke kedai the yang satu lagi, kalo ngga salah yang ini berAC tapi herannya ngga serame yang satu lagi.
Matahari yang berwarna oranye karena tertutup asap

Choei Fong tea plantation ini memang agak jauh dari kota karena lokasinya yang sudah lumayan dekat ke perbatasan utara. Tapi aku bilang tempat ini patut dikunjungi baik sekedar untuk bersantai dan juga asyik untuk berfoto-foto. Kebayang ngga kalo cuaca lagi adem sekitar bulan Desember gitu. Pasti berasa seperti puncak gitu. Jadi pengen balik ke Bumi Aki. ha..ha

Walking Street
Walking Street ini merupakan kumpulan berbagai pedagang yang menggelar dagangan mulai dari perempatan jalan Thanalai dan Jetyod dan seterusnya sepanjang jalan Thanalai. Barang yang dijual sangat beragam, mulai dari baju, cinderamata, pernak-pernik rumah tangga, sepatu, makanan, dll. Pokoknya setiap orang bisa menikmati deh.
Salah satu pedagang baju khas bagian utara Thailand

Di situ juga terdapat lapangan besar di mana setiap orang berkumpul untuk berjoget. Lucu banget deh. Jadi ada seorang penyanyi di panggung terus ratusan orang berkumpul di lapangan di bawah dan mengikuti alunan musik tersebut. Sepertinya sebagian dari mereka bergabung di grup dansa gitu. Jadi mereka belajar berjoget di lapangan tersebut. Unik ya ?

Di situ aku beli sandal jepit untuk hadiah keponakan, harga sepasang sekitar 170 baht sekitar 65rb rupiah. Modelnya bagus dan lucu. Trus aku beli baju atasan yang harganya cuma 100 baht sekitar 37rb rupiah. Modelnya unik dan bahannya juga enak. Wawa beli tali sepatu warna oranye ngejreng harganya 20 baht sekitar 7000 rupiah. Sayangnya karena malam terakhir jadinya aku ngga sempat ambil foto karena begitu pulang langsung beresin koper untuk pulang esok harinya.
Salah satu pedagang pakaian wanita

Comments

Popular posts from this blog

Hay Day : seputar Derby

Which Star Are You From ?

Wish To See You Again - Taiwan Drama