Renungan Akhir Pekan


Belakangan ini aku sering baca-baca buku mengenai kesehatan. Berbagai topik kesehatan termasuk otak . Ternyata otak manusia itu sangat kompleks. Banyak hal yang menyangkut otak kita yang ngga cuma dipakai untuk berpikir. 

Pernah merasa was-was dan kuatir saat melihat anjing ? Rupanya kalo kita pernah memiliki pengalaman buruk misalnya digeremin anjing. Bener ngga sih istilah digeremin anjing ?😊 Kita mungkin ngga ingat tapi otak kita ternyata ingat (bagian otak tersebut disebut amygdala). 

Pernah kuatir sebelum interview ? Ternyata otak kita (bagian yang namanya cortex) yang bertanggung jawab. Tapi itu karena kita yang memberikan persepsi tertentu.

Nah, aku mau cerita renungan akhir pekan ini karena setahun terakhir ini. Perasaan ini sepertinya muncul mungkin sebelum pandemi. Tapi semasa pandemi aku merasa beberapa kali aku ngomel ke Wawa mengenai rekan-rekan kerja. Yang si R semasa kerja di kantor juga sering ndengerin musik dan beberapa kali aku lihat dia asyik nonton bola. 😅. Si D yang kerja nyantai ngga seperti si S yang kerja keras, sampai malam dan juga akhir pekan. 

Jadi selama ini aku tuh mengharapkan rekan-rekan kerja tuh memiliki etos kerja tertentu. Sedangkan setiap individu tuh beda. Aku ngga pernah merasa diriku tuh perfeksionis. Tapi ternyata pas ngobrol dengan seorang teman dan aku bilang aku lagi stres nih. Doi langsung bilang wah kamu perfeksionis. Aku bilang : ngga tuh. Tapi aku cuma menginginkan sesuatu dikerjakan dengan cara tertentu.

Nah kemarin ini aku baca buku ini When Perfect Isn't Good Enough (Saat Perfek Tidak Cukup Baik). Aku jadi sadar ternyata aku ini perfeksionis. Misalnya seperti yang di atas. Aku merasa rekan kerja harus memiliki etos kerja seperti aku (jiah...😆). Terus aku merasa cara yang aku pakai untuk menyelesaikan tugas tertentu adalah cara terbaik dan setiap orang harus mengikuti cara tersebut. Seperti juga aku ngga percaya kalo orang lain bisa menyelesaikan tugas sebaik aku.

Wah..jadi perfeksionis itu ngga gampang dan bikin stres dan selalu was-was. Jadi kalo kamu merasa seperti aku. Silakan baca buku tersebut atau google cara-cara untuk menghindari cara pemikiran perfeksionis. Ngga mudah memang. Aku merasa aku dilahirkan begitu kok mana mungkin sih berubah. Tapi perlahan-lahan aku berusaha untuk berubah.

Perubahan itu penting selain untuk diri sendiri. Juga untuk pasangan kita. Wawa pernah bilang ada hal-hal tertentu yang dia ngga bilang karena ngga pengen aku tau. Ternyata hal itu juga dibahas di buku ini. Pasangan kita ngga berani menyatakan hal-hal tertentu karena kuatir tanggapan kita.

Comments

Popular posts from this blog

Hay Day : seputar Derby

Which Star Are You From ?

Wish To See You Again - Taiwan Drama