Mengenali Diri Sendiri
Di suatu akhir pekan di bulan Desember 2020 aku bangun dan melihat mukaku rada merah dan bengkak. Terutama sekitar mata. Daerah bibir yang tadinya agak kering sekarang kelihatan lebih kering lagi dan pojokan bibir agak pecah. Sampai sekitar hari Selasa masih belum hilang juga. Akhirnya aku putuskan untuk mencari dokter. Minggu itu kebetulan banyak kerjaan karena seorang rekan kerja sedang cuti. Alhasil aku kebagian kerjaan doi. Stress melimpah ruah.
Dokter cuma memberi resep obat salep untuk dioleskan ke daerah sekitar mata dan obat alergi (anti histamin). Sampai akhir bulan Desember bibir yang kering dan sensitif itu masih tetap belum tuntas.
Dan ternyata perlu berbulan-bulan kemudian untuk mencari tahu penyebabnya. Baca posting yang ini Ternyata stres merupakan penyebab semua ini.
Aku ingat sewaktu kecil pernah melihat sebuah poster stres bisa membunuh. Waktu itu karena masih kecil aku sempat mikir, stres itu apa sih ? Stres itu sebenarnya merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan diri. Kalo di jaman dulu orang dikejar harimau, stres membuat tubuh menghasilkan hormon cortisol yang membuat tubuh jadi lebih siap untuk lari, mata lebih siaga, dan enerji pokoknya siap untuk mempertahankan diri. Tapi kalo stres setiap hari lama-lama tubuh ini jadi meradang. Untuk setiap orang stres akan muncul sebagai penyakit yang berbeda. Tergantung kelemahan tubuh orang tersebut.
Tapi sekarang ini aku ngga pengen ngobrolin stres. Tapi proses kesembuhan ini melalui tahapan-tahapan. Dan stres yang aku alami ternyata setelah aku analisa lebih karena kepribadianku dan hanya sebagian karena kerjaan yang menumpuk.
Pertama kebiasaan untuk berpikir panjang : besok mau ngapain, atau kerjaan hari ini ada yang kelupaan ngga ? Wah..2 minggu lalu cuma berpikir tentang 2 hal tersebut bisa membuat aku langsung was-was. Jantung seperti berpacu lebih cepat. Ngga tau ya ada orang lain yang mempunyai kebiasaan seperti itu ? Atau cuma aku yang suka berpikir panjang seperti itu. Masalahnya seperti yang aku bilang, di masa lalu kebiasaan itu sepertinya biasa aja. Tapi kebiasaan itu membuat diri ini lebih mudah stres.
Kedua ternyata aku ini perfeksionis. Selama ini aku ngga pernah berpikir bahwa aku ini perfeksionis. Tapi ternyata kebiasaan-kebiasaan yang aku miliki menunjukkan bahwa aku ini perfeksionis. Misalnya : aku selalu merasa ngga puas dengan cara suami memasak karena doi ngga memasak dengan cara yang aku kasih tau. Jadi kalo aku liat doi masak selalu pengen kasih nasihat, sebaiknya begini, sebaiknya begitu.
Ketiga aku selalu ngga sabar dan selalu pengen aktif melakukan sesuatu. Kebiasaan ini masih susah diganti karena udah kebiasaan dari kecil/muda. Suami sebaliknya selalu santai. Kalo aku wiken pengen bangun pagi dan ke supermarket. Suami mah santai aja. Padahal kalo dipikir, bangun pagi dan langsung pengen ke supermarket kemudian lanjut dengan berbagai macam aktivitas bisa membuat stres juga lho.
Seminggu lalu aku kebetulan ngobrol dengan cici ipar. Doi mengenalkan Dr Bruce Lipton - coba cari di YouTube. Banyak kok interview dengan beliau. Salah satu interviewnya Dr Bruce Lipton ini bilang kepribadian anak-anak dibentuk 7 tahun pertama di masa kanak-kanak dengan memperhatikan orang tua mereka.
Jadi ngga heran kalo kepribadianku ternyata mirip dengan papa misalnya yang selalu ngga sabar, selalu pengen kasih saran. 😀 Sori ya pa kalo kebetulan baca posting yang ini. Tapi aku ngga menjelekkan kepribadian papa kok. Cuma bilang aja. Dan kalo kamu sadar ada kepribadian yang kurang cocok. Ternyata bisa diganti. Cara pertama dengan hipnotis. Cara kedua dengan berulang kali melakukan kebiasaan baru untuk menggantikan kebiasaan yang lama.
Comments
Post a Comment
Tinggalin pesan dan kesan donk !