Berkunjung ke Phayao


Kita sudah tiba di Chiang Rai beberapa hari lalu tinggal bersama Rie dan Mar di rumah mungil mereka. Bagi aku dan Wawa ini bukan kunjungan pertama ke Chiang Rai. Pertama kali ke Chiang Rai sekitar 20 tahun lalu. Tapi terus terang daerah downtown Chiang Rai sepertinya ngga banyak berubah. Untuk turis mungkin lebih mudah tinggal di daerah downtown karena bisa berkunjung ke Night Market. Juga kalo ingin main-main ke Chiang Mai bisa naik bis dari terminal bis juga di daerah downtown.


Setelah beberapa hari di Chiang Rai dan pulih dari jetlag. Kita diajak main-main ke Phayao. Rie memiliki seorang tante dan kakek yang tinggal di Phayao. Tante dan oomnya adalah petani yang mengelola tanah milik keluarga mereka. Hasil panen biasanya dibagi ke anggota keluarga. Sesekali Rie mampir mengambil bagian mereka.


Selain kita berempat, kakaknya Rie juga akan ikut. Jadi kita berlima naik 2 mobil. Aku dan Wawa di mobil kakaknya Rie. Dan Rie bersama Mar di sebuah mobil lainnya. Perjalanan dari Chiang Rai ke Phayao seperti layaknya di pedesaan. Sepanjang mata memandang kebanyakan merupakan pegunungan, pematang sawah dan pepohonan. Teduh di mata. Jalanan bisa dibilang sangat mulus. Ngga banyak lobang. 😂


Kita sampai di situ kurang lebih hampir waktu makan siang. Tapi Mar dan Rie mengusulkan untuk mampir ke sebuah pasar. Kebetulan di samping pasar juga terdapat sebuah 7Eleven. Toko yang satu ini bisa dibilang hampir seperti Alfa Mart di Jakarta. Hampir di setiap pojok jalan. Tapi memang praktis sih. Beli sabun, minuman, obat-obatan, dll. Jadi kita beli minuman dari 7Eleven dan ayam goreng dari pasar.


Di tempat tantenya Rie, doi sudah menyiapkan makanan untuk kita semua. Menu hari itu berupa jamur-jamuran. Kebetulan beberapa hari terakhir hujan sehingga banyak jamur yang bermunculan. Katanya tantenya keluar untuk mencari jamur untuk masakan hari itu. Dan ternyata pas kita lagi duduk-duduk di depan rumah, ada beberapa orang yang lewat menawarkan jamur. Memang lagi musim jamur rupanya.


Selain jamur-jamuran tantenya juga memasak satu macam kari untuk dimakan dengan mi putih yang terbuat dari beras. Orang lokal bilang khanom jin. Diliat sepintas khanom jin ini mirip mi putih yang dipake untuk mi Vietnam pho. Tapi khanom jin ini biasanya dijual segar jadi bukan seperti bihun yang biasanya kering dan harus dimasak.


Selain jejamuran, juga terdapat semacam sambal hijau yang sepintas seperti sambal lado ijo khas Minang. Terus terang aku sempat semangat pikir sambal tersebut seperti sambal ijo khas Minang. Tapi pas diicip kok ngga sama ya. Mungkin karena cabe yang dipake berbeda.


Habis makan kita nyantai-nyantai di depan rumah sambil nungguin sepupunya yang bakal balik dari perjalanan bisnis. Aku liat 2 buah pohon di depan rumah tantenya yang sedang berbuah. Pohon mangga dan pohon lengkeng. Asyik banget punya pohon seperti itu. Apalagi aku belum pernah melihat pohon lengkeng sebelumnya.

Comments

Popular posts from this blog

Hay Day : seputar Derby

Which Star Are You From ?

Wish To See You Again - Taiwan Drama