Kunjungan ke resto bakmi ini bener-bener ngga terduga. Sebenarnya aku dan Wawa di daerah tersebut karena aku perlu berkunjung ke sebuah laboratorium dekat situ untuk pengecekan darah. Untuk yang ngga tahu, ongkos laboratorium di Thailand lebih murah dibandingkan dengan Jakarta. Jadi sebelum aku ke Jakarta aku sempatkan ke laboratorium ini untuk mengecek fungsi Tiroid dulu. Ceritanya lain kali aja kali ya. Mungkin aku bisa bikin posting tersendiri untuk ini.
Dari laboratorium aku bilang Wawa yuk jalan-jalan dulu di daerah ini karena kami ngga pernah main ke situ. Waktu itu kami belum makan pagi karena aku pengen puasa dulu biar hasilnya lebih bisa dibandingkan. Kan katanya hasil laboratorium lebih klop dibandingkan kalo kondisinya sama. Jadi biarpun sebenarnya ngga usah puasa, aku tetap puasa deh.
Eh pas jalan di daerah itu ketemu resto bakmi ini. Lumayan gede dan di jalanan utama pula. Ada menu di depan dan mereka menjual bakpao. Wawa paling suka sama bakpao. Rencana cuma mau beli bakpao tapi ternyata mereka juga menjual mi gaya Yunan. Di Chiang Rai kami ada langganan sebuah resto bakmi ala Yunan yang enak dan pedas. Jadinya kami rada terkenang dengan bakmi tersebut.
Ya sudah kami pun masuk dan duduk. Si mbak sempat heran dari pesan bakpao kok tau-tau duduk. Dia sempat bertanya apa bakpaonya masih jadi. Aku bilang : glatban - yang artinya kurang lebih bawa pulang. 😁
Aku memesan mi kuah sapi mala dan Wawa memesan mi kering ala Yunan. Dari tampilan luar, mi gaya Yunannya rada mirip dengan yang di Chiang Rai. Mi gaya Yunan disajikan dengan daging babi iris semodel korek api. Cuma bedanya mi Yunan di Chiang Rai memiliki sambel yang dahsyat. Sedangkan yang ini tidak makanya rasanya seperti kurang komplit. Mi kuah sapi rasa malanya enak dan rasa malanya lumayan dan tidak terlalu menyengat.
Comments
Post a Comment
Tinggalin pesan dan kesan donk !