Mengunjungi Doi Inthanon - Chiang Mai, Thailand


Beberapa bulan yang lalu kami harus mengunjungi tempat foto kopi dekat kantor imigrasi di Chiang Mai. Saat itu kami harus meng-foto kopi beberapa surat untuk keperluan imigrasi. Sambil menunggu aku lihat brosur mengenai Doi Inthanon. Sebelumnya aku belum pernah nama Doi Inthanon. Jadi aku google nama tersebut. Ternyata Doi Inthanon merupakan gunung tertinggi di Thailand !


Pikiranku langsung wah..enak dan adem donk ya. Kemudian selain Doi Inthanon juga terdapat sejumlah tempat yang bakal dikunjungi. Harganya THB 1500 (IDR 725.645). Ngga murah tapi termasuk makan siang dan paket mencakup perjalanan seharian.

Sehari sebelum perjalanan, kami diberitahu jam berapa akan dijemput. Pagi harinya sebelum waktu yang ditentukan, aku dan Wawa sudah bersiap di halte bus di depan Central Festival Mall. Ternyata mobil penjemputan sudah menunggu. 😀


Dari situ kami masuk ke kota dan menjemput sisa penumpang lainnya. Total penumpang adalah sembilan orang termasuk aku dan Wawa. Sekitar pukul 9 kami pun meluncur menuju tempat tujuan pertama yaitu air terjun Mae Klang. Seperti yang tertera di foto di atas. Air terjun Mae Klang ini dan juga tempat kunjungan kami lainnya semuanya terletak di Doi Inthanon National Park. Air terjun ini merupakan air terjun kedua terbesar di Chiang Mai. 

Sedangkan air terjun berikutnya yang kami kunjungi adalah air terjun Wachirathan. Air terjun ini kelihatannya lebih besar dan lebih banyak pengunjungnya. Mungkin karena namanya yang disamakan dengan nama raja Thailand yang sekarang. Dan juga karena tempatnya dibikin lebih bagus dengan tempat parkir yang lebih luas.

Dari situ kami mengunjungi White Karen village. White Karen Village adalah suku minoritas di Thailand. Mereka diberikan kesempatan untuk bercocok tanam kopi sebagai pengganti opium. Selain itu produk dari mereka kemudian dijual di toko "Royal Project". Toko seperti itu pernah aku lihat di bandara Don Mueang.


Di White Karen Village kami juga menyaksikan pembuatan selendang secara manual. Selendang-selendang tersebut juga dipajang untuk dijual di situ bagi yang berminat. Aku tidak membeli tapi beberapa peserta grup kami membeli beberapa untuk hadiah. 

Dari situ kami kemudian diajak mencicipi kopi dan minuman lainnya yang dihasilkan di daerah tersebut. Setiap grup tur ditempatkan di meja-meja panjang dan minuman seperti kopi, teh dari kulit biji kopi dan teh biru dari butterfly pea juga disajikan untuk kami cicipi. Sambil mendengarkan manfaat-manfaat dari minuman tersebut kami juga diberikan kesempatan untuk membeli lilin dengan wangi-wangian tertenu. 

Dari situ kami diarahkan untuk menikmati makan siang di sebuah tempat yang lokasinya masih di White Karen Village. Makan siangnya lumayan ada kuah tom kha gai yaitu kuah dengan daging ayam berbasis santan. Kuahnya wangi dan sedikit manis. Kemudian ada oseng sayuran dan juga buah-buahan. Makanannya boleh tambah kalau kurang. Asyik juga sih. Sebelum kami sampai di situ, tour leader kami sudah menanyakan apa ada yang vegetarian, dll. Salah seorang pengikut tur kami bilang dia perlu makanan gluten free.





Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan ke King's and Queen's Pagoda. Setelah sebelumnya mampir di puncak tertinggi di Thailand. Kami bergantian berfoto di lokasi dengan tanda "Highest Point in Thailand". Saat kami di situ suhu udara sekitar 17℃. Pagi itu suhu udara di situ cuma 6℃.😮

Untuk mencapai King's and Queen's Pagoda, kami diturunkan di sebuah tempat parkir besar dengan loket penjualan tiket. Dari situ kami antri untuk dibawa masuk ke dalam menggunakan truk militer milik angkatan udara Thailand. Daerah tersebut merupakan daerah milik Angkatan Udara Thailand. King's and Queen's Pagoda merupakan hadiah untuk Raja Bhumibhol dan Ratu Sirikit.

Tempat perhentian terakhir adalah Hmong Market di mana kami diberikan kesempatan berbelanja cinderamata dan makanan. Dari situ kami kemudian dibawa kembali ke kota.





Comments

Popular posts from this blog

Hay Day : seputar Derby

Which Star Are You From ?

Wish To See You Again - Taiwan Drama