Jangan Salah Beli Tiket di Songzanlin - Shangrila, China
Shangrila letaknya di barat laut propinsi Yunnan. Sebelum berganti nama menjadi Shangrila nama kota ini adalah Zhongdian (中甸县). Nama Shangrila berasal dari sebuah tempat misterius yang digambarkan dalam novel "Lost Horizon" terbit di tahun 1933.
Salah satu tempat yang ramai dikunjungi di Shangrila adalah Kuil Songzanlin atau disebut juga Ganden Sumtsen Ling (松赞林寺). Kuil ini dibangun dengan gaya arsitek yang mirip dengan Istana Potala di Tibet makanya Kuil Songzanlin ini disebut sebagai Mini Potala Palace. Seorang fotografer Fabio Nodari menulis banyak artikel mengenai Yunnan. Dia menyebut Shangrila patut dikunjungi karena budaya Tibetnya. Secara geografis, Shangrila merupakan bagian dari Tibet. Makanya Shangrila disebut sebagai ibukota dan kota terbesar di Diqing Tibetan Autonomous Prefecture (Diqing Prefektur Mandiri Tibet).
Oke, jadi begitu sampai di situ niat kami berdua adalah langsung naik taksi atau Didi menuju Kuil Songzanlin. Pas keluar stasiun bertemu seorang supir yang menawarkan jasa. Aku menolak halus dengan alasan mencari WC. Memang aku lagi mencari WC. Dasar itu orang memang niat banget jadi dia ikutin kami berdua ke WC. Kemudian Wawa bilang oke deh pake jasa dia. Sampai di mobil dia masih niat banget nawarin untuk membawa kami ke padang rumput dan naik kuda. Aku rasa banyak orang lokal yang suka foto-foto di situ. Social Media Bo !
Setelah kami tolak dengan halus akhirnya kami didrop di pintu masuk tempat pembelian tiket ke Songzanlin. Harga tiket ada 3 macam tapi aku dan Wawa bingung dengan perbedaannya. Akhirnya kami putuskan untuk bertanya ke petugas saat giliran kami. Pertanyaan kami dibalik dengan pertanyaan apa kami butuh kendaraan. Aku pikir maksudnya di dalam situ apa kami perlu naik kendaraan seperti di Three Pagodas. Jadi aku jawab ngga. Jadi kami diberikan tiket paling murah RMB 55 (IDR 125 ribu).
Baru kemudian kami sadar bahwa dari gedung tempat kami berada ke Songzanlin masih sekitar 5 km kali ya. Tiket paling murah berarti kami harus jalan kaki menempuh jarak 5 km tersebut. Harga tiket golongan berikutnya termasuk bis dan yang paling mahal termasuk tour guide. 😁
Kuil Songzanlin terdiri dari banyak ruangan yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Ruangan utama yaitu Dratsang Hall (gambar di atas) merupakan tempat para biksu berkumpul untuk berdoa. Ruangan itu terlihat begitu megah dan dihiasi berbagai warna baik dari kain maupun spanduk yang digantung dari langit-langit.
Dari Songzanlin kami naik Didi ke Dukezong yaitu sebuah kota tua. Seperti halnya kota tua Dali dan Lijiang yang sudah kami kunjungi sebelumnya, Dukezong juga terdiri dari banyak toko dan resto. Bedanya adalah di Dukezong terdapat Gui Shan Park yang dalamnya terdapat sebuah roda doa raksasa.
Sebenarnya sebelum ke situ aku sama sekali ngga tau soal roda doa ini. Tapi begitu tiba di Dukezong mendadak aku ingat video YouTube yang aku tonton. Dan roda doa ini saking besarnya jadi langsung kelihatan dari kejauhan.
Begitu kami mendekat untuk masuk eh ternyata ada pintu tiket. Kami sedang membaca keterangan ternyata harus mendaftar dulu untuk mendapatkan waktu masuk sebelum kami boleh masuk. Tujuannya untuk menghindari jumlah pengunjung yang membludak sekaligus.
Tapi QR code di situ ternyata ngga langsung menuju tempat pendaftaran. Jadi aku sempat kutak katik sekitar 10 menitan sebelum akhirnya bisa menemukan situs untuk pendaftaran. Maklum deh situsnya kan pake bahasa Mandarin jadi harus agak sabar sedikit sebelum bisa mencari jalan keluar.
Begitu kami bisa masuk rasanya senang dan bangga karena kami sempat melihat dua orang bule yang sempat mencoba QR code tapi akhirnya cabut dari situ. Memang perlu sedikit kesabaran sih.
Roda doa raksasa ini memang memukau. Jadi begitu kami tiba di situ banyak sekali orang yang berfoto atau pun mencoba mendorong roda doa ini. Jadi roda doa ini terbuat dari logam dengan doa yang terukir di roda doa ini. Dipercaya bahwa dengan mendorong roda doa ini sama khasiatnya dengan membaca doa. 🙏
Aku dan Wawa sempat gantian menarik roda doa, foto-foto di sekitar roda doa. Kemudian kami bergegas turun menuju arah kota tua. Tadinya aku merasa cukup kenyang tapi dalam perjalanan ke situ kami sempat melihat resto yang menjual Lanzhou lamian. Wah jadi kepengen.
Untungnya ternyata terdapat beberapa resto Lanzhou lamian. Karena jalanan di kota tua tertutup untuk pejalan kaki yang cenderung menyebrang seenaknya. Tapi kami masih bisa masuk ke resto Lanzhou lamian yang satu ini. Kemudian kami memesan dua mangkok mi kuah. Kami ingin makan secepatnya kemudian naik taksi/Didi ke stasiun kereta untuk pulang ke Lijiang. Resto tersebut lumayan ramai lagi sehingga pesanan kami agak lambat. Untungnya setelah selesai makan kami bisa langsung mendapatkan taksi. Lebih untung lagi taksi tersebut setuju dengan argo. Jadi untuk perjalanan dari Dukezong ke stasiun Shangrila cuma RMB 18 (IDR 40.855).
Comments
Post a Comment
Tinggalin pesan dan kesan donk !