POJOK SUNYI

Sebenarnya resto ini sudah beredar lumayan lama di daerah Muara Karang. Sebenarnya letaknya strategis di depan Pasar Muara Karang jadi mestinya ramai donk  ya. Tapi beberapa kali aku lewat sih ngga terlalu ramai ya. Mungkin kebanyakan orang belum tau mi ramen gaya Lanzhou itu seperti apa sih. Aku juga mendengar bahwa mi ramen Lanzhou ini ngga gitu enak. Tapi karena penasaran juga jadi akhirnya aku dan Wawa membawa keluarga ke situ juga. Saat kami ke situ masih agak sore jadi begitu kami masuk aku cuma melihat seorang wanita paruh baya duduk di situ. Melihat gayanya mestinya sih yang punya ya. 😂 Ternyata memang sih karena begitu kami masuk dia langsung berdiri dan mempersilakan kami duduk. Aku langsung tertarik dengan foto-foto makanan yang terpajang di dinding. Karena ada gambar jadi mudah dilihat. Pas melihat menu di dinding aku langsung tertarik mencoba Dapanji yang kalau diterjemahkan langsung berarti sepiring besar ayam. Dapanji ini masakan khas Xinjiang yaitu daerah di China ...

Resto ini letaknya di Atria SOFO jadi dekat banget dengan Airbnb kami. Hari itu kami harus cek out dari Airbnb di Kelana Jaya dan pindah ke lokasi di Atria ini. Berhubung belum waktunya jadi kami mampir makan siang dulu di sini. Kebetulan resto ini juga memiliki area tempat duduk di luar yang lega. Jadi kami dengan leluasa memilih tempat duduk di pojokan agar kedua koper kami tidak menghalangi jalanan. 😎 Sebelumnya kami pernah mampir ke resto ini sewaktu aku dan Wawa pertama kali tinggal di Atria SOFO. Silakan baca posting tersebut di sini . Waktu itu entah karena kami memilih tempat duduk di dalam atau gimana tapi kesannya tempatnya kurang bersih karena ada lalat. Lalat di dalam mall kayaknya negatif banget deh. Soalnya kalau di luar masih masuk akal ya. Selain itu mungkin aku memilih makanan yang salah tapi pokoknya kurang sreg gitu. Kali ini Wawa memilih nasi ayam dengan saus mala (mouth watering mala chicken rice) dan aku memilih mi kuah dengan babi (Signature pork noodle). Kedua-...

Beberapa hari sebelumnya kami sempat bertemu sodara dan diajak makan malam di dekat mall ini. Karena kami tiba lebih pagi, jadi sempat mampir di Starling Mall ini. Food courtnya lumayan besar dan ada beberapa kedai yang kelihatan lumayan menarik. Nah Wawa jadi penasaran pengen balik ke sini untuk mencoba kedua kedai tersebut. Food courtnya di lantai 3 kalau ngga salah. Kedai yang besar adalah kedai minuman, kemudian kedai yang kami incar adalah Teow Chew Meng dan sebuah lagi aku lupa namanya tapi mereka menjual makanan khek (hakka). Salah satu makanan yang kelihatan menarik adalah pork belly dengan talas. Aku pernah mencoba masakan khas Khek ini di rumah sodaranya Wawa.  Jadi dalam kunjungan kedua kalinya ke Starling Mall, aku dan Wawa sengaja mencari makan malam di situ. Karena sudah sore hari dan hari biasa jadi food courtnya tidak terlalu ramai. Kami mencari tempat duduk dulu sebelum memesan makanan. Aku menuju kedai Teow Chew Meng dan memesan yam paste dan omelet tiram. Wawa me...

Beberapa malam yang lalu aku dan Wawa janjian ketemu teman lama Wawa. Akhirnya sepakat makan malam di sebuah restoran di Atria Sofo Mall. Little Penang Kafe Pilihan jatuh ke resto kecil ini karena pilihan makanannya yang lumayan bervariasi dan tidak terlalu mahal. Variasi makanan adalah tipikal makanan asal Penang seperti Penang asam laksa, kari mi,  char kway teow (kwetiau goreng) dll. Aku dan teman Wawa tersebut memesan kari mi dan Wawa memesan kwetiau goreng. Untuk tambahan makanan pembuka kami memesan pai tee dan lor bak. Pai tee itu isinya irisan bangkuang berbumbu yang disajikan di cawan garing yang terbuat dari tepung terigu. Pai tee itu bisa juga ditemukan di resto-resto yang menyajikan masakan peranakan. Lorbak itu kalau di daerah Pontianak suka disebut hekeng. Tapi bedanya versi Pontiank lebih berasa udangnya. Kalau lorbak yang ini karena halal jadi isinya daging ayam cincang dan dibungkus kulit tahu. Setelah dikukus matang baru digoreng. Kari mi yang aku pesan rasanya bi...

Aku dan Wawa sempat mencoba martabak manis dekat Airbnb kami. Di situ mereka bilang namanya apam balik. Walaupun terus terang aku merasa apam balik sepertinya lebih kecil dan tipis dari martabak manisnya Indonesia. Aku memilih isian kacang dan coklat. Selain itu yang kelihatan lumayan populer adalah isian jagung. Lucu ya. Tapi kalau dilihat dari sisi ini, apam balik ini memang ngga setebal martabak manis Indonesia. Tapi rasanya mirip banget.

Ini merupakan Airbnb kedua di Atria untuk kunjungan bulan Agustus - September 2025. Bagian pertama di Atria bisa disimak di sini . Pertimbangan untuk kembali ke Atria karena ada beberapa hal. Yang pertama adalah Airbnb di Atria itu jumlahnya lumayan banyak jadi aku dan Wawa ngga usah kuatir ngga mendapatkan tempat. Terutama kali ini karena itinerary kami agak dadakan. Sebenar2nya Wawa ingin kembali ke Eve Suites . Bukan ke unit yang sama tapi apartemen yang sama. Terutama karena kolam renangnya yang yahud ! 😁 Airbnb di Atria ini dikelola oleh organisasi yang sama. Jadi aku bisa tenang karena tempat yang kami sewa dulu dijaga dengan baik dan tempatnya pun bersih. Jadi yang bisa beda adalah unitnya di lantai berapa dan di gedung yang mana karena Atria memiliki dua tower. Ternyata airbnb yang ini letaknya di tower B jadi kemungkinan besar pemandangannya bakal beda. Dan ternyata lantainya lebih rendah jadi pemandangannya pun ngga bakal sejauh kalau letaknya di lantai yang lebih tinggi ya....

Salah satu resto yang kami lewati dalam perjalanan ke Namgor Kopitiam . Resto ini merupakan resto nasi campur Melayu. Kami pernah lewat sekali dan tempatnya lumayan ramai saat makan siang. Jadi iseng-iseng aku mampir ngecek sayur-sayuran mereka. Eh ternyata sayuran mereka banyak sekali dan bervariasi. Jadi suatu hari kami makan di situ dan ternyata memang enak dan harganya lumayan banget. Jadi di sini modelnya kayak nasi rames gitu deh kalau menurut kosa kata bahasa Indonesia. Di sini aku sering lihat nama ekonomi rice atau nasi ekonomis. Bisa dibilang ekonomis karena bisa menikmati beberapa lauk tanpa harus membayar harga penuh. Cara membeli makanannya adalah ambil piring yang sudah ditatak kertas minyak kemudian ambil nasi sendiri. Setelah itu tinggal ambil lauk dan sayur sesuka hati. Jadi kayak nasi Padang di Indonesia ya cuma bedanya nasi Padang lauknya dibawa ke meja. Setelah piring sudah penuh dengan lauk yang kita mau tinggal bawa ke kasir untuk dihitung. Beberapa kali makan di ...

  Pertama kali aku dan Wawa tinggal di sini kami tinggal di gedung apartemen yang sama tapi berbeda tempat. Waktu itu kami tinggal di  sini . Wawa suka dengan unit yang itu tapi kali ini ngga bisa disewa jadi kami harus mencari yang lain. Sebenarnya kalau dibandingkan tempatnya, tempat yang ini lebih terang. Ada jendela di ruang tengah dan jendela di kamar tidur. Pemisah tembok di tengah membuat kesan ada kamar tidur yang "terpisah". Tapi sebenarnya apartemen ini tetap aja termasuk studio. Hal lain yang membuat apartemen ini lebih menarik adalah mesin filter air. Memiliki filter air membuat aku dan Wawa ngga usah membeli air botolan di toko di bawah. Selain itu apartemen ini sepertinya masih lumayan baru sehingga kamar mandi dan dapur termasuk lumayan bersih.

Kopitiam ini lokasinya dekat di daerah Atria. Kopitiam ini mestinya lumayan baru karena terakhir kali kami ke situ, kopitiam itu belum ada.  Dilihat dari lokasinya yang di pojok mestinya sih lumayan. Tapi karena tidak begitu luas, sehingga jumlah penjual di situ terbatas. Aku lihat ada yang menjual nasi campur, pan mee dan nasi ayam. Aku memesan kwetiau kuah dengan ayam rebus. Tapi sewaktu aku memesan ngga kelihatan pemiliknya jadi aku sempat sebel juga. Nih pemiliknya mau dagang atau ngga sih. Jadi aku merasa kayaknya makanannya juga ngga ada harapan. Tapi ternyata enak lho. Kwetiau kuahnya polos dengan ayam rebus (kukus?) di piring kecil dengan kecap asin. Wawa memesan chili pan mee. Rasanya enak dan pedas sekali.  Jadi secara keseluruhan makanan di situ lumayan.  Times Kopitiam & Cafe 42, Jalan SS 22/25, Damansara Jaya,  47400 Petaling Jaya, Selangor, Malaysia Tel : +60163313356

Ini merupakan kunjungan kedua kalinya ke resto ini. Kunjungan sebelumnya juga sewaktu aku dan Wawa tinggal di daerah Atria. Sebelum aku mulai menulis postingan ini, aku membaca kembali posting sebelumnya di sini . Kali ini saat kami berkunjung ke situ kembali saat makan malam. Saat itu tidak terlalu banyak meja terisi. Aku dan Wawa memesan makanan melalui scan QR kemudian duduk manis menunggu pesanan kami. Saat itu mendadak aku ingat kembali dulu kami menunggu lama di situ. Kemudian aku mulai melihat jam tanganku. Untunglah kali ini belum 10 menit pesananku sudah dibawa. Oke lumayan. Ada kemajuan. Walaupun aku lihat banyak meja yang juga masih menunggu. Tapi saat pesananku dibawa, pesanan Wawa masih ngga tau di mana dan dalam tahap apa. Tapi selang beberapa menit kemudian pesanan Wawa pun keluar. Aku memesan mi kuah daging sapi. Sedangkan Wawa memesan mi kuah daging ayam. Yang menjadi pertanyaan adalah, aku yakin kalau mi yang aku pesan untuk Wawa adalah kwetiau. Herannya pas keluar ad...

Tahun lalu aku dan Wawa sempat tinggal sekali di Atria SOFO ini. Sebenarnya lokasinya lumayan karena banyak tempat makan di sekitarnya.  Airbnb yang kami tinggal sebelumnya bisa dibilang lumayan karena ada mesin cuci. Walaupun mesin cucinya harus pake selang panjang untuk bisa menyalurkan air keluar ke kamar mandi. Jadi cukup aneh pas kami pakai pertama kali. Tapi habis itu sudah ngerti jadi lebih mudah lagi. Sepertinya kebanyakan unit di Atria ini adalah studio. Bentuknya persegi panjang jadi benar-benar studio banget. Kebanyakan dari Airbnb di Atria yang aku lihat ngga ada yang pasang pembatas. Jadi ngga ada pemisah antara tempat tidur dengan ruang tengah. Cuma satu ruangan besar aja. Yang waktu itu kami ngga gitu suka adalah untuk keluar masuk harus memakai kartu akses lewat pintu seperti di kantor-kantor gitu. Waktu itu kami cuma diberikan satu kartu akses jadi keluar masuk lewat pintu begitu rada repot. Suka nyangkut gitu jadi harus dikasih lewat sama satpam. Selain itu gymnya...

Kunjungan ke Malaysia ini juga diikuti dengan kunjungan ke tempat sodara di Ipoh. Kalau dulu aku suka dengan naik bis, sekarang aku lebih suka dengan naik kereta. Perjalanan dengan kereta api lebih teratur dan ngga banyak kejutan. 😌 Untuk yang tertarik dan ingin tahu bagaimana cara pembelian tiket kereta. Aku udah pernah bikin post terpisah mengenai cara pembelian tiket kereta. Sila simak di sini .  Kereta yang kami pakai adalah ETS (Electric Train Service). Menurut sodara kami, ETS itu sebenarnya hampir setara dengan WHOOSHnya Indonesia. Hanya saja rel kereta api mereka tidak diperbaharui sehingga laju kereta tidak semaksimal WHOOSH. Tapi kalau memakai kereta ekspress, dari KL Sentral (stasiun kereta di Kuala Lumpur) ke stasiun Ipoh cuma sekitar 2 jam lebih dikit. Dari KL Sentral kalau ngga salah cuma berhenti di stasiun Kuala Lumpur kemudian stasiun Batu Gajah dan kemudian stasiun Ipoh. Kali ini kami ngga kebagian tiket untuk kereta yang pukul 9, jadi aku memutuskan untuk mengam...

Tahun lalu sewaktu aku dan Wawa tinggal di Airbnb di daerah Ara Damansara  kami sempat makan siang di kopitiam yang ini. Jadi kali ini karena kami tinggal lumayan dekat kami mencoba mencari kembali tempat-tempat makan yang dulu. Di hari pertama, kami sempat melewati sebuah resto yang keliatan mirip dengan kopitiam ini (pohon besar yang rindang di depan). Aku sempat sedih pas melihat resto yang menggantikan kopitiam ini. Di hari berikutnya sewaktu kami berjalan lebih jauh lagi baru sadar bahwa aku salah ngenalin tempat. Kopitiam Dudu Yummy ini masih ada ! 😀 Kopitiam ini terdiri dari beberapa kedai yang lokasinya di dalam bangunan. Karena tempat di dalam bangunan tidak terlalu besar maka semua tempat makan lokasinya di luar - di bawah pohon besar yang rindang. Sebenarnya ada baiknya tempat makan lokasinya di luar karena semua proses memasak di dalam bangunan sehingga biasanya tempat tersebut sangat panas. Kali ini, kami memesan tiga macam daging untuk nasi campur Wawa. Kemudian aku ...