Jalan Jalan Malaka hari kedua
Daily Fix Cafe dan Dutch Square
Hari kedua merupakan satu-satunya kesempatan untuk menikmati Malaka sehari penuh. Esok hari kita sudah akan lanjut ke Kuala Lumpur. Salah satu makanan yang aku pengen coba adalah panekuk pandan dari Daily Fix Cafe. Tempatnya katanya bisa kehabisan panekuk pandan saking lakunya. Aku jadi rada kuatir dan berencana pergi sepagi mungkin.
Untungnya grup kita udah terbiasa bangun pagi. Malah Daily Fix Cafe kurang pagi bagi kita-kita. Aku dan yang lainnya sudah siap makan pagi sekitar pukul 8 tapi Daily Fix belum buka sampai pukul 9. Silakan simak posting mengenai Daily Fix Cafe di sini.
Sambil menunggu Daily Fix buka kita sempat jalan ke Windmill Dutch Square yang letaknya di seberang Sungai Melaka yang merupakan awal Jalan Jonker. Mumpung masih pagi, belum terlalu panas dan belum terlalu ramai untuk foto-foto. Dari situ juga bisa mengunjungi beberapa tempat wisata seperti The Stadhuys, Christ Church dan Church of St Francis Xavier. Stadhuys merupakan bahasa Belanda yang artinya Balai Kota. Terkenal dengan bagian luarnya yang berwarna merah seperti juga dengan menara jam yang letaknya dekat dengan Stadhuys. Gereja-gereja di daerah sekitar Stadhuys merupakan peninggalan jaman Belanda.
Begitu jam 9 sampai kita pun meluncur ke Daily Fix. Takut kehabisan panekuk pandan. ha..ha.. Cerita mengenai Daily Fix Cafe bisa dibaca di sini.
Mahkota Parade dan makan siang dengan alas daun pisang
Habis dari Daily Fix Cafe kita memutuskan untuk menghabiskan waktu ke mal sekalian mencari kartu SIM. Karena kartu SIM yang kita beli di Singapura ngga bisa berfungsi di Malaysia. Mal terdekat adalah Mahkota Parade dan kita naik grab ke situ cuma 5 ringgit (IDR17200).
Aku beli SIM card DIGI yang harganya 40 ringgit (IDR137rb). Dengan harga segitu kalo ngga salah bisa sekitar 5 GB. Karena kita cuma bakal ke Kuala Lumpur sehari dan Penang sekitar 3 hari jadi mesti cukup deh.
Kita window shopping di mal 3 lantai tersebut sekitar 1.5 jam. Lantai bawah terdapat beberapa toko yang menjual hp, SIM card, dll. Kalo ngga salah terdapat sebuah bakeri. Terus di lantai 2 terdapat sebuah toko Minisoo. Juga terdapat beberapa toko yang menjual pakaian wanita. Tapi berhubung koperku lumayan penuh jadi ngga terlalu niat belanja sih.
Habis itu kita telpon teman kita dan janjian makan siang. Teman tersebut kemudian menjemput kita dan membawa kita ke resto Saravana. Resto tersebut menyajikan makanan khas India yang uniknya ngga disajikan di piring tapi di daun pisang. Silakan baca posting mengenai resto Saravana di sini.
Setelah makan siang kita didrop di hotel. Aku dan Wawa sempat bobo siang sebelum malamnya kita cuma ngiderin Jalan Jonker lagi untuk mencari makan malam. Habis makan malam karena masih terang kita jalan balik ke hotel menempuh jalan sepanjang sungai Malaka. Sepanjang sungai tersebut diterangi lampu dan jalanannya dibikin bagus sehingga enak dipake untuk jalan. Malah ada resto yang menggunakan bagian belakang resto sehingga bisa makan sambil melihat ke arah sungai. Romantis lho.
Dekat ke hotel terdapat sebuah resto mungil yang menjual es cendol di bagian belakangnya. Ah..kapan lagi mau cobain es cendol dengan gula melaka kalo ngga di Malaka ? Jadilah kita mampir untuk makan es cendol. Dari situ baru kita pulang dan bobo.
Hari kedua merupakan satu-satunya kesempatan untuk menikmati Malaka sehari penuh. Esok hari kita sudah akan lanjut ke Kuala Lumpur. Salah satu makanan yang aku pengen coba adalah panekuk pandan dari Daily Fix Cafe. Tempatnya katanya bisa kehabisan panekuk pandan saking lakunya. Aku jadi rada kuatir dan berencana pergi sepagi mungkin.
Untungnya grup kita udah terbiasa bangun pagi. Malah Daily Fix Cafe kurang pagi bagi kita-kita. Aku dan yang lainnya sudah siap makan pagi sekitar pukul 8 tapi Daily Fix belum buka sampai pukul 9. Silakan simak posting mengenai Daily Fix Cafe di sini.
Sambil menunggu Daily Fix buka kita sempat jalan ke Windmill Dutch Square yang letaknya di seberang Sungai Melaka yang merupakan awal Jalan Jonker. Mumpung masih pagi, belum terlalu panas dan belum terlalu ramai untuk foto-foto. Dari situ juga bisa mengunjungi beberapa tempat wisata seperti The Stadhuys, Christ Church dan Church of St Francis Xavier. Stadhuys merupakan bahasa Belanda yang artinya Balai Kota. Terkenal dengan bagian luarnya yang berwarna merah seperti juga dengan menara jam yang letaknya dekat dengan Stadhuys. Gereja-gereja di daerah sekitar Stadhuys merupakan peninggalan jaman Belanda.
Begitu jam 9 sampai kita pun meluncur ke Daily Fix. Takut kehabisan panekuk pandan. ha..ha.. Cerita mengenai Daily Fix Cafe bisa dibaca di sini.
Mahkota Parade dan makan siang dengan alas daun pisang
Habis dari Daily Fix Cafe kita memutuskan untuk menghabiskan waktu ke mal sekalian mencari kartu SIM. Karena kartu SIM yang kita beli di Singapura ngga bisa berfungsi di Malaysia. Mal terdekat adalah Mahkota Parade dan kita naik grab ke situ cuma 5 ringgit (IDR17200).
Aku beli SIM card DIGI yang harganya 40 ringgit (IDR137rb). Dengan harga segitu kalo ngga salah bisa sekitar 5 GB. Karena kita cuma bakal ke Kuala Lumpur sehari dan Penang sekitar 3 hari jadi mesti cukup deh.
Kita window shopping di mal 3 lantai tersebut sekitar 1.5 jam. Lantai bawah terdapat beberapa toko yang menjual hp, SIM card, dll. Kalo ngga salah terdapat sebuah bakeri. Terus di lantai 2 terdapat sebuah toko Minisoo. Juga terdapat beberapa toko yang menjual pakaian wanita. Tapi berhubung koperku lumayan penuh jadi ngga terlalu niat belanja sih.
Habis itu kita telpon teman kita dan janjian makan siang. Teman tersebut kemudian menjemput kita dan membawa kita ke resto Saravana. Resto tersebut menyajikan makanan khas India yang uniknya ngga disajikan di piring tapi di daun pisang. Silakan baca posting mengenai resto Saravana di sini.
Setelah makan siang kita didrop di hotel. Aku dan Wawa sempat bobo siang sebelum malamnya kita cuma ngiderin Jalan Jonker lagi untuk mencari makan malam. Habis makan malam karena masih terang kita jalan balik ke hotel menempuh jalan sepanjang sungai Malaka. Sepanjang sungai tersebut diterangi lampu dan jalanannya dibikin bagus sehingga enak dipake untuk jalan. Malah ada resto yang menggunakan bagian belakang resto sehingga bisa makan sambil melihat ke arah sungai. Romantis lho.
Dekat ke hotel terdapat sebuah resto mungil yang menjual es cendol di bagian belakangnya. Ah..kapan lagi mau cobain es cendol dengan gula melaka kalo ngga di Malaka ? Jadilah kita mampir untuk makan es cendol. Dari situ baru kita pulang dan bobo.
Comments
Post a Comment
Tinggalin pesan dan kesan donk !