Lika Liku

Setelah menghabiskan tiga minggu di Jakarta, aku dan Wawa bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur. Pesawat kami berangkat dari Terminal 2 bandara Soetta. Karena pesawat cukup pagi sekitar pukul 10, kami harus berangkat dari rumah sekitar pukul 6:30. Aku merasa taksi Bluebird lebih terjamin untuk perjalanan di pagi hari. Jadi sehari sebelumnya aku sudah telpon untuk reservasi taksi. Setelah cek in dan lewat imigrasi kami pun sudah di dalam. Hari itu kebetulan imigrasi pun tidak terlalu ramai. Mungkin karena masih pagi. Karena masih pagi saat kami meninggalkan rumah belum sempat sarapan. Aku sempat bawa bekal berupa dua butir telur rebus. Tapi itu untuk nanti saja karena mudah ditenteng.  Dari beberapa pilihan yang ada seperti bakso Afung, MM cafe dan Imperial Kitchen, kami memilih Imperial Kitchen. Tempatnya ngga terlalu besar sehingga untuk rombongan besar mungkin agak susah mendapatkan meja. Untungnya saat kami masuk belum terlalu ramai sehingga kami bisa mendapatkan meja

Makan malam di sini dengan keluarga. Makanannya sederhana dan ngga terlalu asin. Pilihan makanan bervariasi. Dari ayam, seafood maupun ikan. Pelayan yang membantu kami membantu menawarkan beberapa pilihan. Semisal sup gurame dengan menggunakan filet ikan. Jadi ikan gurame tanpa tulang. Kemudian juga menawarkan lumpia udang goreng. Daging sapi lada hitamnya lunak dan ngga alot. Bumbunya pas. Tapi sekitar seminggu kemudian pas kami kembali ke situ dengan rombongan keluarga lainnya daging sapinya lebih asin dari sebelumnya. 😓 Ifumie gorengnya lumayan enak. Dan kemudian pas sincia kami sempat memesan mie goreng sincia juga enak. Demikian pula gurame asam manisnya. Daging guramenya dipisah dari tulangnya kemudian digoreng garing baru kemudian dicampur dengan saus asam manis. Jadi ikannya lebih mudah dimakan. GK Family Jl. Pluit Karang Indah Timur No.84 - 85 6, RT.6/RW.12, Pluit, Kec. Penjaringan,  Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14450, Indonesia Tel  +62 21 6625388

Chiang Mai memang banyak jumlah turisnya mungkin pula itu sebabnya di Chiang Mai banyak sekali pasar malamnya. Atau menurut orang Thailand disebut sebagai walking street. Mungkin karena selalu digelar di jalanan yang tertutup lalinnya. Dan sambil berjalan sambil cuci mata. 😍 Kebanyakan walking street atau pasar malam ini diselenggarakan di akhir pekan. Untungnya kunjungan kali ini kami melewati akhir pekan. Dan lebih untungnya lagi adalah hotel kami ternyata dekat sekali dengan dua buah pasar malam. Yang satu adalah Wua Lai walking street dan yang satu lagi adalah Tha Phae Gate walking street. Wua Lai diselenggarakan setiap hari Sabtu malam dan pasar malam Tha Phae Gate diselenggarakan setiap hari Minggu malam. Kalo kalian tidak tinggal dekat dengan pasar malam-pasar malam tersebut. Sebaiknya mengunjungi pasar malam Tha Phae gate saja. Pasar malam ini bener-bener ukurannya luar biasa dan ramai sekali. Jadi bersiap-siap aja berjalan lumayan jauh kalo mau benar-benar mengunjungi semua k

Di hari terakhir aku dan Wawa di Chiang Mai, kami sedang mencari tempat untuk makan siang. Kemudian Wawa bilang yuk cobain ini restoran Indonesia. Aku cuma tanya di mana, dekat ngga. Wawa bilang dekat kok. Ya sudah. Asal dekat ke hotel bisa jalan kaki. Karena kami rencana cek out dulu kemudian titip koper sebelum makan siang dulu. Karena di terminal bis ngga banyak pilihan makanannya. Nama resto tersebut Sanjan Indonesian Cafe dan letaknya dekat dengan hotel kami. Jadi bisa dibilang lokasi yang strategis. Sampai di situ tempatnya masih sepi jadi kami rada ragu. Tapi setelah aku bertanya apa mereka sudah buka ternyata memang sudah buka. Jadi kami dipersilakan masuk ke ruangan di dalam dan AC pun dinyalakan. Aah..leganya karena di luar sudah mulai panas.😃 Kami memesan bakmi ayam dan nasi bakar ayam. Sambil menunggu aku perhatikan sekeliling. Eh ada bendera merah putih. 😀Sempat bertanya-tanya juga apa pemiliknya orang Indonesia. Tapi kemudian kami sempat tanyakan dan ternyata bukan. Mun